Archive for the ‘Jogja’ Category

“Cinta itu seperti tanaman..harus sering dipupuk agar tetap segar”

Terhitung 2009 sebagai honeymoon gw yang pertama, maka tahun 2011 ini terpilih sebagai tahun honeymoon gw yang kedua bersama suami tercinta (prikitiw!). Dan seperti yang sudah kami sepakati bersama : “Jelajahi Indonesia dahulu sebelum menginjak ke luar negeri”, maka tersebutlah Jogja sebagai kota pilihan dengan alasan berikut : 1) Kami berdua bertemu dan 3 tahun merajut kasih disana, 2) Sudah 6 tahun ga pernah kesana lagi. Apa kabar Jogja sekarang?

Namanya juga honeymoon, ya berdua ajalah yaa :D. Kita menumpang pesawat Air Asia dimana sebelumnya kami mengalami kesialan terlebih dahulu. Apa pasal? Gini loh, demi menghemat pengeluaran kami mengundur waktu keberangkatan selama seminggu (jadi hemat 800 ribu tuh ya, catet.). Eh pada hari H-nya, gw en suami terlalu santai berangkat ke bandara, ga taunya sampai di counter check-in Air Asia, pesawat udah mau berangkat 30 menit lagi. Peraturan Air Asia, counter tutup 45 menit sebelum berangkat. Tiada tawar menawar kecualiiiii anda sudah check-in via web. Lah! Tahun 2009 dulu peraturannya perasaan kagak begitu deh! (masih tetep membela diri). Udah merayu, merengek, mpe sedikit mengintimidasi karena kesal, tetep ga digubris. Di satu sisi gw salut dengan komitmen Air Asia, pantaslah pesawat ini selalu on-time, ga kayak “si itu tuuuh”. Di sisi lain, huk…kembalikan uang gw…(mewek)!! Jadilah yang tadinya mau menghemat 800 rb akhirnya malah mengeluarkan duit lagi 1 juta buat beli tiket baru. Pengen untung malah buntung jadinya. Lalu apakah honeymoon kami menjadi muram? Ah rasanya terlalu lebay kalau menjadikan hal itu sebagai noktah merah di rencana indah ini. Bawa nyantai, 5 menit berikutnya kami udah ketawa ketiwi lagi deh :p.

*Lesson learnt : pastikan anda sudah melakukan online check-in, karena bila check-in langsung di counternya malah dikenai biaya.

Dan selama di Jogja, apa sajakah yang kami lakukan ?

1. Menginap di Victoria Hotel.

Ini hotel rekomendasi dari temen gw. Dengan harga yang relatif murah, kami mendapatkan kamar yang menyenangkan. Konsep hotel ini temasuk unik, karena menggabungkan antara hotel dengan kompleks perumahan elit. Jadi hotel Victoria ini dikelilingi oleh cluster2 rumah yang lucu2. Nih gw fotoin. Secara pribadi, gw merekomendasikan hotel ini karena dekat dengan bandara (paling lama 10 menit), penginapannya nyaman, pelayanan memuaskan, dan lumayan murah. Kamarnya 1 tipe aj yaitu Deluxe dengan harga Rp 485rb/malam. Kalau booking via Agoda bisa lebih murah. Pagi-pagi bisa mengelilingi komplek perumahannya :D.  Makanan aj yang variasinya agak kurang..tapi so far so goodlah.

2. Menyewa motor untuk jalan2.

Gw dan suami sudah seiya sekata, bahwa nanti di Jogja kami harus kembali ke suasana seperti dulu kami pernah pacaran. Karena dulu waktu zaman kuliah, gw pacaran naik Shogun warna merah, yaud, kita sewa motor juga! Sayang dapatnya Yamaha Mio, bukan Shogun tapi lumayanlah, warna merahnya adaaa, heheeh. Sewanya di sini, cuma 50 ribu/hari, diantar dan dijemput. Kemana2 naik motor, bener2 berasa kayak dulu lagi deh. Dibanding Jakarta yang super duper macet, Jogja lebih ramah walau gw yakin in the next 5 years bakal macet kayak Jakarta juga :D.

3. Mengunjungi tempat makan favorit kami yang dulu.

Mulai dari Ayam Bakar Bu Tuti di Selokan Mataram, Burger Monalisa di Jl Kaliurang, SGPC Bu Wiryo di Selokan, Sate Samirono di Jl Colombo, Nasi Gudeg di Jl Urip Sumoharjo, sampai mengunjungi kios yang sama di Tempat Pelelangan Ikan di Pantai Depok. Menurut gw tidak ada rasa yang berubah, tidak ada. Kecuali harga yang naik, itu juga dikit banget.  Bahkan gw makan dengan lauk yang sama dengan 10 tahun yang lalu di Ayam Bakar Bu Tuti. Masih sama rasanya! Lauk yang dijual variasinya juga masih sama. Senang tapi agak miris juga. Senang karena jadi bener2 back to old memories. Miris karena itu berarti warung Ayam Bakarnya sama sekali tidak ada peningkatan selama 10 tahun :(. Tapi rezeki mah Allah yang atur ya..

4. Mengunjungi kampus UGM dan kost2an lama.

Melewati lagi jalan yang biasa kami susuri  saat pulang pergi kuliah, mengetuk pintu kost2an lama, bersilaturahmi dengan penjaga kost-annya, berfoto, dan mengingat2 hal lucu apa saja yang terjadi disana. Sampai kost-an temen2 kuliah pun kami datangi saking kangennya. Kita juga ke kampus buat silaturahmi dengan dosen. Nah!! Di kampus ini gw ketinggalan HP padahal baru beli 2 bulan yang lalu, itu juga nyicil 6 bulan huuuu… Dalam hati gw masih positif thinking bahwa mahasiswa/i UGM baik2 dan ga mungkin untuk mencuri. Walau gitu air mata ini meleleh juga mengingat gw beli hp baru itu juga karena hp yang lama hilang, huwaaa!! Eh tapi alhamdulillah banget, sms yg gw kirim ke hp gw lewat hp suami berbalas positif. Tersebutlah Ketut, anak Teknik Kimia angkatan 2010 mengembalikan hp gw tanpa kurang suatu apapun. Duh makasih ya dek..semoga Allah membalas jasamu.

5. Mengunjungi Keraton Jogjakarta

Aneh, benar2 aneeeh!! 5 tahun di Jogja, 5 tahun kami ga pernah ke Kraton, helloooow..! Kami pun memulai rute ilmu ini dari Kraton Jogja yang bagian depan diiringi guide. Karcis masuknya 3rb (nambah 1rb kalo bawa kamera). Murah banget ya?! Disini kami mendengar sejarah Kraton Jogja dan para sultannya. Guide yang kami sewa sangat informatif. Jadi lumayan tau banyak nih sejarah Jogja. Kami juga pergi ke Museum Kereta. Wah ini fave gw banget deh. Harga tiketnya juga sama, 3rb! Kalau ga, 5rb, lupa. Menurut gw sih terlalu murah, soal isi museumnya lumayan berbobot. Pastikan anda bersama guide karena apalah artinya memandang jika tidak mengetahui makna di baliknya, tsaaah! Nah di dalam museum ada lebih dari 20 kereta zaman kerajaan. Ada kereta yang khusus digunakan untuk nikahan, ada yang untuk mengusung mayat, ada keretanya Pangeran Diponegoro, ada kereta untuk jalan2 di benteng, kereta pengangkut para penari, kereta kirab, wih macam2. Ada yang ditarik 2 kuda, 4 kuda, sampai kereta terbesar ditarik oleh 8 ekor kuda. Ngeeng…pasti gagah banget rasanya ya kalo ada dalam kereta yang ditarik 8 ekor kuda (slurp!). Ada kereta yang dihadiahi dari Kerajaan Belanda, ada yang dibuat di Indonesia. Yang pasti dipercayai, semua kereta ada penunggunya :D.

Setelah itu gw kunjungi Keraton utamanya yang rada jauh. Kita pakai becak, kira2 5 menitlah. Guidenya beda tuh, jadi kita bayar dulu. Seikhlasnya..Sayangnya waktu sampai Kraton Utama, udah jam 4 lewat padahal kraton tutup jam 5, walhasil guide untuk tamu Indonesia yang tersedia cuma tinggal satu. Ibu-ibu paruh baya, udah gitu ga bersahabat pula. Main tinggal2 aj dan tidak menjelaskan tentang apapun. Pan gw bingung jadinya. Ya udah gw tinggal aj guidenya sambil komat-kamit “mang cuma lo yg bisa ninggal2in orang?” :(. Eh ternyata di ujung jalan si ibu nungguin gw dan bilang, “Kemana aj sih Mbak, saya tungguin dari tadi?” (dengan muka sewot). “Loh, bukannya Ibu ya yang ninggalin saya?” (menjawab tak kalah sewot). Syaaat…gw pun berlalu darinya, biarlah dia temani tamu yg lain, gw n suami bisa ngurus diri sendiri.

Di Kraton utama ini, ada 2 sultan yang menonjol dari yang lainnya, yaitu Sultan ke-8 dan ke-9. Ada begitu banyak renovasi yang dilakukan oleh Sultan ke-8. Ada begitu banyak barang yang dicap dengan namanya. Namun ada begitu banyak peninggalan juga dari Sultan ke-9, mulai dari alat makannya, alat masaknya, baju2nya, sampai cuplikan amanat penobatan HB-IX, “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa”. Saluuut!!

Oh iya, ada satu lagi tempat yg kudu didatangin yaitu Museum Ullen Sentalu. Museum ini sebenarnya didirikan tahun 1997, tapi kurang gencar promosi keknya. Soal sampai 2005 gw di Yogya kok ya ga pernah dengar nama museum ini. Eniwei, ini museum punya pengusaha batik. Dibuat di puncak Kaliurang, dibangun dengan tanpa menebang pohon sebatangpun. Tempatnya bersih, semua lukisannya terjaga, ruangan ber-AC, dan ada guidenya yang akan menjelaskan kepada kita panjang dan lebar tentangg sejarah Yogya. Pastikan datang, tiketnya 25rb/orang, recommended! Klik aj link di atas.

6. Menonton Pagelaran Rama Shinta di Candi Prambanan.

Ini juga, udah malang melintang di dunia per-Jogja-an kok ya baru sempat nonton Rama Shinta-nya sekarang. Pertunjukan ini diadakan sepanjang masa. Pada musim penghujan, pertunjukan diadakan di dalam gedung dengan kapasitas penonton 3oo orang dan pemain 50 orang. Pada musim kemarau, pertunjukan akan diadakan di luar dengan latar belakang Candi Prambanan, kolosal, dengan jumlah pemain mencapai 200 orang dan kapasitas penonton bisa mencapai 1000 orang. Sayang kami datangnya di musim penghujan. Walau begitu, pertunjukan tetap memuaskan. Dibanding Uluwatu Bali, cerita Rama Shinta disini lebih bisa dipahami. Mungkin karena durasinya yang 2 jam. Tidak membosankan karena ada adegan lucunya dan para penarinya pun cantik2. Harga tiket terbagi 3, kisaran Rp 75000 – 175000, dibedakan berdasarkan posisi duduk. Bukan posisi depan belakang yang menentukan harga, tapi dari sisi mana kita melihat ke arah panggung. Fave gw? Sudah pasti si Kijang Emas!!

Ternyata banyak teman kuliah yang heran, mengapa kami menyempatkan diri untuk napak tilas ke Jogja sampai ke tempat makannya segala. Gw sendiri bingung, apa yang harus diherankan. Bukankah kenangan itu adalah sesuatu yang berharga? Bukankah kenangan itu ibarat album foto yang bisa kita buka2 kembali? Coba deh, sekali2 napak tilas ke tempat yang dulu berarti buat kita. Dijamin ga bakal nyesel :).